Oleh : Greitta Kusuma Dewi
Modifikasi
kimia kayu pada dasarnya adalah upaya memodifikasi sifat kayu agar sesuai
keinginan dengan menggunakan bahan kimia tertentu yang dapat berikatan dengan
komponen kimia kayu. Upaya memodifikasi kayu tersebut dilakukan karena kayu
memiliki kelemahan yaitu terpengaruh lingkungan sekitar akibat sifatnya yang
hidrofilik, sensitif terhadap radiasi UV (Rowell, 2010), dapat diserang organisme
perusak kayu dan lain-lain. Peningkatan sifat tersebut diharapkan dapat
memperpanjang umur pakai kayu sesuai dengan tujuan penggunaan tertentu,
misalnya kayu yang digunakan untuk kepentingan eksterior perlu dilakukan
modifikasi untuk meningkatkan daya tahannya terhadap cuaca dan agen perusak
biologi sehingga umur pakainya menjadi lama. Ada berbagai macam bahan kimia dan
proses kimia yang digunakan dalam memodifikasi kayu secara kimia misalnya modifikasi
benzoylation dengan menggunakan benzoyl chlorite, modifikasi silane
dengan menggunakan RSi(OR)3, modifikasi alkaline menggunakan bahan
kimia NaOH, KOH dan lain-lain, dan
modifikasi asetilasi menggunakan acetic
anhydride.
Modifikasi kimia benzoylation merupakan
modifikasi kayu menggunakan benzoyl chlorite
dengan mekanisme modifikasi sebagai berikut.
Pada
prinsipnya, benzoylation ini membuat
kayu menjadi lebih reaktif dengan adanya penangkapan gugus benzoyl (C6H5C=O)
pada kayu sehingga dapat terbentuk ikatan kimia dengan gugus aktif dari matriks
(Li et al., 2007). Pada modifikasi
kimia dengan benzoyl chlorite,
penambahan NaOH dan benzoyl chlorite
sebesar 5% pada serbuk kayu dapat meningkatkan sifat mekanika papan komposit plastik
(WPC) dengan perekat polypropylene (PP)
yang meliputi tensile strength dan flexural strength, namun menurunkan impact strength jika dibandingkan dengan
tanpa perlakuan modifikasi. Peningkatan sifat mekanika tersebut terjadi akibat
peningkatan sifat adhesi antara serbuk kayu dan matrik plastik setelah direndam
dalam larutan benzoyl chlorite selama
15 menit (Farsi, 2010). Penggunaan benzoyl
chlorite yang konsentrasinya tinggi (~70%) mampu meningkatkan ketahanan
warna kayu dari sinar UV (fotostabilitas) secara efektif melalui mekanisme
gugus benzoyl pada serat ter-benzoylation
menangkal pembentukan radikal bebas pada kayu saat terdapat sinar UV dengan
cara penyerapan atau pengikatan (scavenging)
sinar UV tersebut (bukan lignin yang menyerap sinar UV) sehingga tidak terjadi depolimerisasi
lignin yang menjadi penyebab pemudaran warna kayu, namun di sisi lain
penggunaan konsentrasi tinggi tersebut justru menurunkan kekuatan papan yaitu tensile strength pada keadaan yang tidak
dikenai efek weathering. Pada keadaan
yang dikenai efek weathering,
penggunaan benzoyl chlorite dengan WPG tinggi (~70%) mampu memperkecil
penurunan tensile strength papan
komposit dibanding tanpa perlakuan benzoylation (Evans et
al., 2002). Selain meningkatkan fotostabilitas papan, penggunaan benzoyl chlorite yang berkonsentrasi
tinggi (~40%) juga mampu meningkatkan stabilitas thermal papan komposit (Yuan et al., 2013).
Pada modifikasi kimia dengan silane,
silane yang dihidrolisis menjadi silanol (RSi(OH3)) mampu
memperbaiki sifat fisika dan mekanika papan komposit plastik (WPC) melalui
mekanisme sebagai coupling agent. Mekanisme
coupling agent terjadi ketika gugus
OH pada silanol berikatan dengan gugus OH dari lignoselulosa kayu, kemudian
golongan alkana pada silanol (-R) tersebut dapat berikatan dengan matriks plastik
polypropylene. Berikut ini
mekanismenya.
Dengan
adanya modifikasi silane, adhesi yang baik antara serat kayu/veneer kayu (bersifat polar) dengan
matriks polypropylene (bersifat non
polar) dapat terbentuk. Adhesi yang baik tersebut ditunjukkan pada hasil SEM
yang menunjukkan tidak adanya celah antara serat dan matrik, tidak adanya
fenomena lubang bekas serat saat serat dikeluarkan (fiber pull out) dan justru meninggalkan lubang irregular saat serat
dikeluarkan. Adhesi tersebut terjadi lebih besar pada serat kayu dibanding
dengan veneer kayu karena luas bidang serat kayu yang lebih besar. Hal tersebut
terbukti dengan serapan C dan O bebas pada analisis XPS spectra pada serat kayu
jauh lebih rendah dibanding dengan veneer
kayu yang mengindikasikan bahwa jumlah C-O pada lignoselulosa serat kayu lebih
banyak berikatan dengan silanol (Fang et
al., 2014; Gao et al., 2017). Peningkatan
adhesi ini mampu meningkatkan sifat mekanika papan komposit meliputi shear strength dan persen kerusakan
kayu, tensile strength, impact strength,
dan flexural strength, serta
meningkatkan sifat fisika papan komposit melalui penurunan pengembangan dan
penyerapan air yang sebagai akibat dari integrasi peningkatan adhesi dan peningkatan
sudut kontak. Peningkatan adhesi dengan modifikasi silane dapat ditingkatkan
dengan mengkombinasikannya menggunakan metode steam bersuhu dan bertekanan tinggi yang berfungsi lebih
mereaktifkan serat kayu dan meningkatkan derajat kristalisasi selulosa.
Penambahan steaming bertekanan 0,8 MPa bersuhu 170°C selama 15 menit mampu
menurunkan penggunaan silane menjadi 2% untuk memperoleh tensile strength, impact strength, dan flexural strength tertinggi dan nilai tersebut melebihi nilai
mekanika dengan tanpa penambahan steaming
yang menggunakan silane 5% (Gao et al.,
2017). Selain meningkatkan sifat fisika dan mekanika papan komposit, modifikasi
kayu menggunakan silane komersial (20% methyl-tripotassiumsilanol dan 19% bahan aditif KOH, K2O, K2CO3
dan KCl) dengan konsentrasi 6,5% mampu meningkatkan resistensi kayu terhadap
jamur pelapuk kering Serpula lacrymans
dan jamur pelapuk cokelat Coniophora
puteana secara signifikan, serta efektif melawan jamur permukaan Aspergillus niger dan Penicillium sp pada awal tes dan
signifikan hingga hari ke 28 jika menggunakan konsentrasi 100% (Reinprecht et al., 2013).
Di dalam penggunaannya yang
memodifikasi sifat kayu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas kayu
atau papan komposit yang dimodifikasi silane, yaitu konsentrasi silane dan
jenis silane. Semakin tinggi konsentrasi silane (0-5%) dapat meningkatkan sifat
tensile strength, impact strength,
dan flexural strength pada WPC (Gao et al., 2017). Jenis silane yang berbeda
akan menghasilkan sifat kayu termodifikasi yang berbeda. Misalnya pada
penelitian Hochmanska et al. (2014)
menunjukkan bahwa proteksi tertinggi pada kayu yang terkena accelerated wathering conditions yang
didekati oleh retensi warna dan kilap (gloss)
tertinggi serta sudut kontak diperoleh
dari kayu yang diberi perlakuan formula pelarut dengan 5% aminoethylaminopropyltrimethoxysilane (AEAPTMOS) dan emulsi alkyd dengan 5% methyl trimethoxysilane (MTMOS) dibanding dengan emulsi sama dengan
5% glycidoxypropyltrimethoxysilane
(GPTMOS).
Berbeda dengan modifikasi silane yang
peningkatan sifat fisika dan mekanika kayu berdasarkan peningkatan sifat adhesi
antara kayu dan matriks plastik melalui perannya sebagai coupling agent, modifikasi kayu dengan menggunakan alkali pada
dasarnya meningkatkan sifat fisika dan mekanika papan komposit plastik melalui
peningkatan derajat kristalisasi selulosa dan pembuatan topografi permukaan
yang tidak rata (memperluas bidang rekat) dengan cara menghilangkan zat
impurities yang sebagian komponennya bersifat amorf seperti lignin,
hemiselulosa, ekstraktif dan lain sebagainya (Troedec et al., 2008; Esmeraldo, 2006; Gomes et al, 2007; Razera, 2006).
Peningkatan derajat kristalisasi selulosa dan topografi permukaan yang kasar
mampu meningkatkan sifat mekanika papan meliputi tensile strength, tensile modulus, flexural strength dan flexural modulus, namun adhesi antara
matriks plastik dan kayu kurang baik. Terbukti dengan hasil SEM menunjukkan
masih adanya fenomena fiber pull out
pada papan komposit serat sabut kelapa yang menggunakan perekat HIPS (high impact polystyrene) (Carvalho et al., 2010). Pemberian couple agent misalnya PP-g-MA pada papan
komposit plastik dari serat lignoselulosa termodifikasi alkaline dan matriks PP
dapat meningkatkan adhesi antara serbuk kayu dan matrik plastik yang yang kurang
terjadi ketika serat lignoselulosa hanya dimodifikasi alkaline. Hal tersebut
ditunjukkan pada hasil penelitian Farsi (2010) yang menunjukkan bahwa
peningkatan sifat mekanika papan komposit plastik signifikan terjadi pada serat
lignoselulosa termodifikasi alkaline yang diberi PP-g-MA 3% dibanding serat
modifikasi alkaline yang tanpa pemberian PP-g-MA.
Modifikasi
asetilasi kayu merupakan modifikasi kayu yang dilakukan dengan mereaksikan
gugus hidroksil (-OH) kayu dengan acetic
anhydride (Rowell, 1983). Adapun mekanisme
modifikasinya sebagai berikut.
Fiber-OH + CH3-C(=O)-O-C(=O)-CH3
Fiber-O-COCH3 + CH3COOH
Modifikasi
kayu ini memiliki kemampuan menurunkan sifat higroskopisitas kayu dan meningkatkan
daya tahan kayu terhadap cuaca melalui penurunan wettabilitas. Penurunan
wettabilitas terjadi karena gugus OH terutama pada selulosa amorf dan
hemiselulosa kayu yang bersifat hidrofilik diubah menjadi gugus –OCOCH3 yang
lebih hidrofobik (Monghaddam et al.,
2015).
Ada
berbagai macam faktor yang mempengaruhi sifat kayu dan papan komposit
terasetilasi, salah satunya yaitu jumlah weight
percentage gain (WPG). Semakin tinggi WPG pada proses asetilasi membuat
penurunan penyerapan air dan pengembangan tebal papan komposit semakin tinggi (Gorbhani
dan Bavaneghi, 2016). Dilain
sisi, peningkatan WPG dari 0; 8,4 ke 17,3% pada asetilasi membuat sifat
mekanika papan partikel poplar (bending
strength dan shear strength) menurun
pada papan partikel satu lapis maupun 3 lapis (partikel terasetilasi berada di
permukaan). Penurunan tersebut lebih signifikan terjadi pada papan partikel
yang menggunakan urea formaldehyde
(UF) 10% dibanding dengan methylene
diphenyl diisocyanate (MDI) 4% sebagai perekat (Abdolzabeh et al., 2011). Hal
tersebut menunjukkan adanya pengaruh perbedaan jenis perekat yang menentukan
tingkat kecocokan dan kualitas perekatan pada papan partikel kayu terasetilasi. Berbeda dengan
sifat mekanika bending dan shear strength, pada sifat mekanika
kekerasan kayu, peningkatan WPG pada Kayu Pinus Corsican dari 0; 5,3; 14,7 dan
22,8% tidak menurunkan kekerasan kayu secara signifikan pada arah radial maupun
tangensial (Papadopoulos dan Tountziarakis, 2011).
Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh perbedaan jenis kayu yang mempengaruhi
ketidakseiringan antara sifat mekanika kayu pada peningkatan WPG asetilasi.
Selain
itu, faktor yang mempengaruhi sifat papan hasil asetilasi adalah bentuk dan
ukuran komponen kayu. Kayu pejal memiliki tingkat penurunan sifat mekanika yang
lebih rendah dibanding dengan produk panel kayu setelah asetilasi. Misalnya
pada kayu solid, penurunan modulus patah (MOR) dan modulus elastisitas sebesar
8% dan 6% setelah diasetilasi, sedangkan pada panel kayu setelah asetilasi,
penurunan tersebut jauh lebih tinggi (Hon, 1996). Penelitian Papadopoulus
(2008) menyebutkan MOR dan MOE kayu pejal beech
wood terasetilasi sebesar 104,32 MPa dan 10 GPa, sedangkan dalam bentuk
finger joint terasetilasi, MOR dan MOE sebesar 34,52 MPa dan 6,045 GPa. Pada
papan flake, penurunan keteguhan rekat internal setelah asetilasi sebesar 36%
dan pada propionylated particleboards,
penurunan keteguhan rekat internal sebesar 48% (Youngquist et al., 1986;
Papadopoulus dan Gkaraveli, 2003).
Referensi
Abdolzadeh, H., K. Doosthoseini, A.N. Karimi, dan
A.K. Enayati. 2011. The effect of acetylated particle distribution and type of
resin on physical and mechanical properties of poplar particleboard. Eur. J. Wood Prod.
69: 3–10.
Carvalho,
K.C.C., R. Daniella, Mulinari, H. J.C.
Voorwald, dan M.O.H. Cioffi. Chemical
modification effect on the mechanical properties of HIPS/ coconut fiber
composites. BioResources 5(2): 1143-1155.
Esmeraldo, M. A.
2006. Preparação de novos compósitos suportados em matriz de fibra vegetal/natural. PhD Thesis. Universidade Federal do
Ceará.
Evans, P.D.,
N.L. Owen, S. Schmid, dan R.D. Webster. 2002. Weathering and photostability of
benzoylated wood. Polymer Degradation and Stability 76: 291–303.
Fang, L., L.
Chang, W. Guo, Y. Chen, dan Z. Wang. 2014. Influence of silane surface
modification of veneer on interfacial adhesion of wood–plastic plywood. Applied
Surface Science, 288: 682– 689.
Farsi, M. 2010.
Wood–plastic composites: influence of wood flour chemical modification on the
mechanical performance. Journal of
Reinforced Plastics and Composites 29(24): 3587–3592.
Gao, X., Q. Li,
W. Cheng, G. Han, dan L. Xuan. 2017. High temperature and pressurized
steaming/silane coupling co-modification for wood fibers and its effect on the
properties of wood fiber/HDPE composites. Macromolecular Research 25
(2): 141-150.
Ghorbani, M
dan F. Bavaneghi. 2016. Effect of press
cycle time on application
behavior of board made from
chemically modified particles.Drvna industrija 67 (1) 25-31.
Gomes, A., T.
Matsuo, K. Goda, dan J. Ohgi. 2007. Development and effect of alkali treatment
on tensile properties of curaua fiber green composites. Composites: Part A
38, 1811-1820.
Hochmańska, P., B. Mazela, dan T. Krystofiak. 2014. Hydrophobicity and weathering resistance of
wood treated with silane-modified protective systems. Drewno 57 (191) : 99-110.
Hon
DNS (1996) Chemical modification of lignocellulosic matrials. Marcel Dekker
Inc, New York, pp 299–301.
Li, X., L.G.
Tabil, dan S. Panigrahi. 2007. Chemical
treatments of natural fiber for use in natural fiber-reinforced composites: a
review. J Polym Environ 15(1): 25–33.
Moghaddam,M.S., M.E.P. Walinder, P.M. Claesson, dan A. Swerin.
2015. Wettability and swelling of
acetylated and furfurylated wood
analyzed by multicycle Wilhelmy
plate method. Holzforchung DOI
10.1515/hf-2014-0196.
Papadopoulos,
A.N. dan A. Gkaraveli. 2003. Dimensional stabilisation of particleboard by
chemical modification with propionic anhydride. Holz Roh- Werkst 61:142–144.
Papadopoulos,
A.N. dan P. Tountziarakis. 2011. The effect of acetylation on the Janka
hardness of pine wood. Eur. J. Wood
Prod. 69: 499–500.
Razera, I. A. T.
2006. Fibras lignocelulósicas como agente de reforço de compósitos de matriz
fenólica e lignofenólica. PhD Thesis. Universidade de São Paulo.
Reinprecht,
L., M. Pánek, J. Daňková, T. Murínová, dan
P. Mec. 2013. Performance of
methyl-tripotassiumsilanol treated wood against swelling in water, decay fungi
and moulds. Wood Research 58 (4):
511-520.
Rowell, R. M. 2010. Handbook
of Wood Chemistry and Wood Composites, 2nd edition. CRC press. Boca Raton.
Rowell, R.M.
1983. Chemical modification of wood. For
Prod Abstr 6: 366–382.
Troedec, M.L.,
D. Sedan, C. Peyratout, J.P. Bonnet, A. Smith, R. Guinebretiere, V. Gloaguen,
dan P. Krausz. 2008. Influence of various chemical treatments on the
composition and structure of hemp fibres. Compos Part A 39(3): 514-522.
Youngquist,
J.A., R.M. Rowell, A. Krzysik. 1986.
Mechanical properties and dimensional stability of acetylated aspen
flakeboards. Holz Roh- Werkst
44:453–457.
Yuan, T.Q., L.M. Zhang, F. Xu, dan R.C. Sun. 2013. Enhanced
photostability and thermal stability of wood by benzoylation in an ionic liquid
system. Industrial Crops and Products
45: 36– 43.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar